Ams. 1: 1-7, 20-33; Mark. 4: 30-34
Banyak orang menganggap Mazmur, Amsal dan kitab yang bentuknya syair hanya sebagai rangkaian kata-kata, dan orang malas untuk melihat kedalaman makna dari syair-syair itu. Padahal, penulis Amsal mengingatkan: Amsal 1:1-4 (TB) Amsal-amsal Salomo bin Daud, raja Israel, untuk mengetahui hikmat dan didikan, untuk mengerti kata-kata yang bermakna, untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran, untuk memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda — Amsal dan Mazmur bermanfaat untuk mendidik kita untuk menjadi lebih berhikmat dan bijaksana, dan undangan untuk menjadi berhikmat dan bijaksana itu diberikan kepada semua orang namun sayangnya tidak semua mau menerima undangan itu; Amsal 1:32-33 (TB) Sebab orang yang tak berpengalaman akan dibunuh oleh keengganannya, dan orang bebal akan dibinasakan oleh kelalaiannya. Tetapi siapa mendengarkan aku, ia akan tinggal dengan aman, terlindung dari pada kedahsyatan malapetaka." Pengajaran yang Tuhan Yesus berikan, ia nyatakan dalam perumpamaan yang pendengar ketahui. Tuhan Yesus tentu berharap dengan perumpamaan itu maka tidak hanya pikiran mereka dipenuhi dengan pengetahuan namun juga oleh hikmat Allah; Markus 4:33-34 (TB) Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.
Jadi, adakah kita mau menjadi lebih berhikmat? Kita sudah diberikan Alkitab sebagai firman Allah yang tertulis buat kita. Apakah dengan tekun kita membacanya? Apakah dengan tekun kita menghayatinya?