GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me

BERSYUKUR DALAM SEGALA KEADAAN

Terpublikasi Fri, 29 Mar 2019   

oleh:

Yosua 5 : 9-12; Mazmur 32; 2 Korintus 5 : 16-21; Lukas 15 : 1-3, 11-32

Selamat Pra Paskah ke-4.

Bersyukur. Kapan kita melakukannya? Ada saja orang bersyukur hanya ketika apa yang ia kehendaki didapat, dan jika tidak sesuai dengan harapannya, maka ia bersungut-sungut. Ada juga orang yang sudah mendapat berkat namun selalu merasa kurang karena ia beranggapan: berkat Tuhan haruslah berlimpah ruah. Kapan kita bersyukur?
Apakah kita tetap berdoa dengan hati bersyukur ketika kita harus menghadapi kenyataan : apa yang kita dapat tidak sesuai keinginan kita? Apakah kita tetap berdoa dengan hati bersyukur ketika yang terhidang di hadapan kita tak sesuai dengan harapan? 
Manna berhenti ketika bangsa Israel sudah menikmati hasil di tanah perjanjian. Itulah berkat Tuhan: Yosua 5:11-12 (TB)  Lalu pada hari sesudah Paskah mereka makan hasil negeri itu, yakni roti yang tidak beragi dan bertih gandum, pada hari itu juga. Lalu berhentilah manna itu, pada keesokan harinya setelah mereka makan hasil negeri itu. Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi, tetapi dalam tahun itu mereka makan yang dihasilkan tanah Kanaan. Umat bersukacita karena berkat Tuhan tidak terputus. Memang tidak ada manna lagi namun ada gandum untuk membuat roti. Tidakkah kita mampu melihat bahwa Tuhan memelihara kita, sekalipun kadang yang kita dapatkan bukan yang kita inginkan. Tidakkah kita mampu selalu bersyukur atas berkat itu?

Salah satu perumpamaan Tuhan Yesus di hadapan orang Farisi dan ahli Taurat yang bersungut-sungut karena Tuhan Yesus menerima pemungut cukai dan orang berdosa adalah perumpamaan tentang anak yang hilang; si bungsu yang kembali kepada bapanya dengan penyesalan, dan bapa menerima dengan sukacitanya, bahkan membuat pesta untuk si bungsu yang sudah memboroskan warisan yang diperuntukkan buatnya. Namun ternyata itu tidak menjadikan si sulung bahagia. Ia bersungut-sungut. Dan apa kata Tuhan Yesus?
Lukas 15:31-32 (TB)  Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.

Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."

Mensyukuri berkat dalam hidup ini itulah yang patut kita miliki. Bukankah si sulung selama ia ada di rumah sang bapa, ia bisa saja melakukan hal yang sama? Namun karena hati yang tak bersyukur, bahkan untuk adiknya yang kembali dengan selamat maka ia bersungut-sungut; apa yang dilakukan oleh orang Farisi dan ahli Taurat di hadapan Tuhan Yesus. Paulus mengajak jemaat di Korintus yang juga penuh dengan pertentangan dan konflik yang saling menafikan satu dengan yang lain untuk mengingat apa yang dilakukan oleh Kristus; 2 Korintus 5:17-19 (TB)  Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Dan semuanya ini dari Allah, yang  dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. Kristus sendiri telah rela untuk merendahkan diri demi mengampuni dan berkorban bagi dunia; 2 Korintus 5:20-21 (TB)  Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

Jadi, bersyukurlah juga ketika ada banyak orang dan semakin banyak orang datang atau kembali kepada Tuhan. Jangan bersungut-sungut, jangan menghakimi masa lalunya, jangan merasa kita tidak dikasihi karena Tuhan mengasihi mereka. Bersyukurlah dan tetap setia kepada Tuhan.

Doa:
Mempunyai hati yang bersyukur dan tetap setia kepada Tuhan