GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me

HIDUP DALAM PERDAMAIAN

Terpublikasi Thu, 21 Feb 2019   

oleh:

Kejadian 44 : 18-34; Lukas 12 : 57-59

Selamat hari Sabtu.

Menggantikan peran yang berat tentulah bukan keputusan yang mudah. Itulah yang dialami oleh Yehuda. Demi Yakub, ayahnya maka Yehuda rela untuk menggantikan Benyamin yang dituduh mencuri piala Yusuf. Kejadian 44:32-33 (TB)  Tetapi hambamu ini telah menanggung anak itu terhadap ayahku dengan perkataan: Jika aku tidak membawanya kembali kepada bapa, maka akulah yang berdosa kepada bapa untuk selama-lamanya. Oleh sebab itu, baiklah hambamu ini tinggal menjadi budak tuanku menggantikan anak itu, dan biarlah anak itu pulang bersama-sama dengan saudara-saudaranya. Tentu bagi Yehuda ini bukan perkara gampang. Ia punya anak dan istri. Namun oleh karena ia sudah berjanji kepada Yakub, ayahnya maka ia memberanikan diri untuk mengorbankan diri menggantikan Benyamin sebagai budak bagi Yusuf. Demi mendamaikan antara Yusuf dan rombongannya, Yehuda rela berbicara, dan menyatakan siap untuk menjadi budak Yusuf. Yesus telah menggantikan hukuman kita. Dia rela mati di kayu salib demi menebus dosa dan kesalahan kita. Apakah berat? Tentu saja. Namun demi dunia yang dikasihi, Yesus rela mengorbankan diri-Nya untuk kita supaya terjadi perdamaian antara Allah dan dunia.

Perdamaian itu penting supaya masing-masing pihak merasa lega dalam kehidupan bersama. Oleh karena itu nasehat Tuhan Yesus kepada orang banyak hal perdamaian antar manusia; Lukas 12:57-58 (TB)  Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar? Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara.

Tidakkah kita mau hidup damai satu dengan yang lain?