1 Raj. 19: 9-18; Mzm. 85: 8-13; Rm. 10: 5-15; Mat. 14: 22-33
Setiap kita pernah mengalami goyah dalam beriman kepada Tuhan, seperti Elia. Ia sudah mengalahkan nabi-nabi Baal, namun ancaman Izebel menggentarkan dia. Oleh karena itu ia melarikan diri ke gunung Horeb, dan di sanalah Tuhan menyatakan diri-Nya, dan apa yang diperbuat-Nya. Tuhan menguatkan dan meneguhkan hati Elia bahwa dia tidak sendirian, ada tujuhribu orang yang tetap setia kepada Tuhan dan tidak menyembah kepada Baal. Takut juga dialami oleh para murid Tuhan di danau. Ketika mereka melihat sosok dari jauh, mereka berkata: "Itu hantu." Dan ketika Petrus datang untuk membuktikan sosok itu adalah Tuhan Yesus, di tengah jalan ia tenggelam. Mengapa? Matius 14:30 (TB) Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!"
Ketika Petrus tak lagi fokus kepada Tuhan Yesus, dan fokus kepada tiupan angin, maka ia tenggelam. Perlukah kita ragu dan goyah dalam beriman kepada Tuhan? Memang tidak dipungkiri berbagai masalah dan pergumulan seringkali mengganggu kita, bahkan tidak jarang menggoda kita untuk bertanya: di mana Tuhan? Namun, haruskah itu menjadikan kita kurang dan tidak percaya kepada-Nya? Paulus menegaskan kepada kita: Roma 10:8-10 (TB) Tetapi apakah katanya? Ini: "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." Itulah firman iman, yang kami beritakan. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.
Apa yang kita akui dan kita percaya, Dia selalu ada dalam hidup kita. Hanya, apakah kita mempercayakan hidup kita kepada-Nya? Apakah kita benar-benar menghayati Tuhan dalam hidup kita? Ingatlah: sekalipun tidak kasat mata, Tuhan ada, dan Dia selalu menjagaimu.