Ayub. 16: 1-22; Mat. 24: 45-51
Membaca kitab Ayub menjadikan kita tidak hanya sekedar tahu Ayub sebagai orang kaya yang suatu kali karena ketidaksukaan Iblis maka ia mengalami derita dan kehilangan, lalu melompat cerita bahwa Ayub dipulihkan. Menyelami kitab Ayub menjadikan kita tahu : Ayub bergumul, bahkan dalam pergumulannya, Ayub marah kepada Tuhan (band. Ayub 16: 7-17). Lalu Ayub sadar bahwa hidupnya hanyalah bisa ditujukan kepada Tuhan; Ayub 16:20-22 (TB) Sekalipun aku dicemoohkan oleh sahabat-sahabatku, namun ke arah Allah mataku menengadah sambil menangis, supaya Ia memutuskan perkara antara manusia dengan Allah, dan antara manusia dengan sesamanya. Karena sedikit jumlah tahun yang akan datang, dan aku akan menempuh jalan, dari mana aku tak akan kembali lagi.
Kesadaran bahwa ia tak bisa lain hanya bergantung kepada Tuhan, dan bertekun di dalam Dia itulah yang menjadikan Ayub bertobat dan kembali kepada Tuhan. Sama dengan Ayub, hiduo orang beriman tidaklah selalu mulus. Ada waktunya hidup penuh dengan pergumulan. Ada kalanya tak ada sesuatu di tangan, atau tak ada sesuatu untuk dimakan. Di saat itulah kita bertanya: bagaimana Tuhan? Yang patut diingat adalah: jangan sampai pergumulan kita mengingkari keberadaan dan kuasa Tuhan, terlebih jangan sampai menghujat Tuhan dalam hidup kita, atau bahkan memilih beriman kepada yang lain karena menganggap beriman kepada yang lain lebih menjanjikan. Sebagai hamba-hamba Tuhan, ingatlah: Matius 24:45-46 (TB) "Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.
Jadi, bertekunlah dalam beriman dalam setiap langkah kehidupan kita.