Kej. 2 : 18-24; Mzm. 8; Ibr. 1 : 1-4; Markus 10 : 2-16
Selamat hari Minggu. Pernikahan adalah hal yang membahagiakan. Momen bersatunya dua orang; laki-laki dan perempuan dalam suatu ikatan pernikahan adalah momen yang tak terlupakan. Namun di lain sisi ada juga perceraian terjadi, pertengkaran dalam rumah tangga, pisah ranjang, pisah kamar, pisah rumah atau hubungan yang kelihatannya harmonis namun berlangsung dingin atau panas membara. Bilamanakah ini semua terjadi? Dalam percapakan Tuhan Yesus bersama orang banyak, dengan tegas Tuhan Yesus menyatakan:Markus 10:5-9 (TB) Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu. Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."Entahkah salah satu atau keduanya; ketegaran hati manusia menjadikan mereka tidak lagi mampu mempertahankan cinta kasih yang Tuhan hadirkan dalam hati dan hidup mereka. Hati yang tidak mau lagi mengasihi dan tidak membuka pintu maaf dan kesediaan untuk memperbaiki diri. Persekutuan dalam rumah tangga sejak awal dimaksudkan supaya suami dan istri membangun kehidupan yang penuh cinta kasih diantara mereka sehingga cinta Tuhan bertumbuh dan berkembang dengan baik. Tidak ada seorang pun yang sempurna namun kesediaan untuk mengasihi menjadikan kita mampu untuk saling melengkapi kekurangan masing-masing, dan Tuhan memberkati. Itulah yang dipujikan oleh pemazmur kepada Tuhan dalam Mazmur 8 : 3-9, dan karena itu hidup sebuah persekutuan, termasuk keluarga adalah memuji dan memuliakan Tuhan. Dengan kasih Tuhan maka kita diajak untuk mewujudkan kasih Allah dalam hidup persekutuan -khususnya dalam keluarga- sehingga hidup kita memuliakan Dia. Penegasan dan peneguhan Tuhan Yesus menjadi penegasan bagi hidup rumah tangga bahwa sejak semula Tuhan Allah menghendaki hidup rumah tangga yang baik adanya;Ibrani 1:3-4 (TB) Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka.Karena itu, di tengah nilai-nilai pernikahan dan hidup berumah tangga yang semakin diabaikan, kita menjaga maksud hidup persekutuan dalam keluarga.