GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me

MENGASIHI KARENA DIKASIHI

Terpublikasi Sat, 03 Nov 2018   

oleh:

Ulangan 6 : 1-9; Mazmur 119 : 1-8; Ibrani 9 : 11-14; Markus 12 : 28-34

Selamat hari Minggu.

Jika ditanyakan : untuk apa manusia hidup? Tentu ada banyak sekali jawaban, tergantung kepada tujuan masing-masing orang. Umat Israel sebagai umat Tuhan diingatkan bahwa hidup mereka terutama dan yang utama adalah: Ulangan 6:4 (TB)  Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Pengakuan atau kredo ini menuntun umat Israel untuk menjalankan hidup mereka untuk mengasihi; mengasihi Tuhan dan sesama (Markus 12 : 29-31). Inilah yang mestinya menjadi pedoman hidup setiap orang yang beriman kepada Tuhan. Karena itu pemazmur menyatakan tentang orang yang mengikuti hal ini; Mazmur 119:1-3 (TB)  Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati, yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya. 

Ya. Jika kita mampu memenuhi itu semua. Namun patut kita ingat: manusia telah jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Manusia tidak taat dan patuh kepada Tuhan. Oleh karena itu Tuhan Allah menyatakan keselamatan dalam Kristus Yesus sebagai pokok selamat yang kekal; Ibrani 9:11-14 (TB)  Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. 

Jadi, adakah kita hanya berdiam diri karena pengorbanan Kristus telah menyelamatkan kita? 
Tentu tidak. Justru dengan kasih Allah kepada kita maka kita pun mestinya -karena kita bersyukur kepada Tuhan atas semuanya ini- mengasihi Tuhan Allah dan sesama dengan lebih sungguh dalam hidup kita.