GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me

MENJAGA KEKUDUSAN, BUAH PERTOBATAN

Terpublikasi Sat, 12 Jan 2019   

oleh:

Yeremia 3 : 19-25; 1 Korintus 7 : 1-7

Selamat hari Jumat.

Pertobatan adalah tindakan "balik kanan" yang membutuhkan tekad dan kuat. Selain itu dengan kerendahan hati dan rasa malu mengakui salah dan dosa kita. Bertobat bukanlah meminta, menagih janji supaya Tuhan mengampuni. Mengampuni atau tidak itu adalah otoritas Tuhan. Itu yang pertama-tama harus disadari oleh setiap makhluk ketika bertobat. Janganlah memiliki pertobatan yang sombong(tinggi hati). Dan syukurlah Tuhan menerima setiap orang yang datang bertobat kepada-Nya. Itulah yang diajarkan oleh Yeremia kepada umat Israel sehingga Israel mengakui; Yeremia 3:23-25 (TB)  Sesungguhnya, bukit-bukit pengorbanan adalah tipu daya, yakni keramaian di atas bukit-bukit itu! Sesungguhnya, hanya pada TUHAN, Allah kita, ada keselamatan Israel!
Tetapi berhala yang memalukan itu menelan segala hasil jerih lelah nenek moyang kita dari masa muda kita; kambing domba mereka dan lembu-lembu mereka, anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan mereka. Maka biarlah kita berbaring dengan perasaan malu, dan biarlah noda kita menyelimuti kita, sebab kita telah berdosa kepada TUHAN, Allah kita, yakni kita dan nenek moyang kita dari masa muda kita sampai hari ini; dan kita tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah kita." Pertobatan yang sungguh tentulah setelah itu perlu ditindaklanjuti dengan hidup benar di hadapan Tuhan dan terus setia kepada-Nya.
Memelihara hidup kudus, juga dalam pernikahan, sebagaimana soal yang dibawa oleh jemaat Korintus kepada Paulus. Paulus menegaskan bahwa setiap orang (laki-laki dan perempuan) jika mereka menikah maka mereka pun mesti menjaga kekudusan pernikahan monogamis mereka, demikian juga yang memutuskan diri untuk tidak menikah (masing-masing mempunyai karunianya sendiri, ayat 7); 1 Korintus 7:1-3 (TB)  Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya.
Jadi, kudusnya hidup hendaklah dijaga dalam hidup rumah tangga, hidup pribadi, dalam pekerjaan, dan dalam semua segi kehidupan.