1 Raj. 8: 54-65; Yoh. 3: 31-36
Percaya kepada Tuhan mestilah dihidupi oleh setiap orang yang mengaku dirinya sebagai orang percaya. Bahwa percaya itu tidak sekedar diucapkan. Percaya itu juga dilakukan dalam kehidupan setiap hari; mewarnai pikiran, tutur kata dan perbuatan kita. Itulah yang dimintakan oleh Salomo kepada umat Israel dengan mengingat penyertaan Tuhan kepada nenek moyang mereka yang diaertai Tuhan, umat Tuhan pun diajak untuk mengingat kesetiaan-Nya sebagai bagian untuk tetap percaya kepada Tuhan. Di sungai Yordan, banyak orang yang datang dan menyaksikan Yohanes Pembaptis berkarya, dibaptiskan bahkan menjadi murid-murid Yohanes Pembaptis. Dan orang mulai mengira Yohaneslah yang Mesias. Namun dengan tegas Yohanes menyatakan: Yohanes 3:34-36 (TB) Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya.
Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya."Yohanes Pembaptis tahu siapa dirinya. Ia menyamakan dirinya sebagai "suara yang berseru di padang gurun", dan dia bukan Mesias. Mengarahkan kemuliaan kepada yang patut menerima kemuliaan, yaitu kepada Yesus, sang Mesias. Bisakah kita menunjukkan kepada orang sumber keselamatan dan kekuatan kita, tanpa kita mencuri kemuliaan-Nya?