Yeh. 2 : 1-5; Mzm. 123; 2 Kor. 12 : 2-10; Markus 6 : 1-13
Apa yang mesti dilakukan oleh orang beriman dalam hidupnya selain mewartakan Injil (kabar baik) kepada semua orang melalui apapun yang Tuhan karuniakan kepada kita; pujian, perkataan maupun perbuatan kita setiap hari; itulah wujud bagaimana kita mewartakan Injil kepada orang lain. Dan pengutusan itu juga diterima oleh Yehezkiel; Yehezkiel 2:3-5 (TB) Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, Aku mengutus engkau kepada orang Israel, kepada bangsa pemberontak yang telah memberontak melawan Aku. Mereka dan nenek moyang mereka telah mendurhaka terhadap Aku sampai hari ini juga. Kepada keturunan inilah, yang keras kepala dan tegar hati, Aku mengutus engkau dan harus kaukatakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH. Dan baik mereka mendengarkan atau tidak — sebab mereka adalah kaum pemberontak — mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka. Ya. Sebagai seorang nabi di zamannya, Yehezkiel mewartakan itu kepada orang Israel yang sejak zaman nenek moyangnya memberontak kepada Tuhan.
Pewartaan itu untuk menyatakan kabar baik dari Tuhan kepada manusia. Tentu ada yang menerima, bahkan tidak sedikit yang menolak. Bahkan ketika Tuhan Yesus mewartakan Injil, Dia ditolak oleh orang sedesa-Nya, Nazaret. Oleh karena itu kepada keduabelas murid yang Dia utus, Tuhan Yesus berkata: Markus 6:10-11 (TB) Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: "Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu.
Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka."Ya. Mengabarkan kabar baik selalu mengandung resiko dalam kehidupan kita namun yang perlu kita ingat adalah: bagaimana kabar baik itu perlu terus diwartakan kepada semua makhluk. Dalam keyakinan bahwa semua pemberitaan Injil itu semata-mata untuk memuliakan Tuhan; 2 Korintus 12:10 (TB) Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.