Filipi 3:17
Seorang isteri memiliki suami yang punya kebiasaan meletakan handuk basah begitu saja di atas kasur. Si isteri sering ngomel-ngomel pada suaminya. Suaminya tak berubah. Capek marah-marah, si istri mulai ganti cara dengan menyindirnya. “Bagus sekali ada handuk basah di tempat tidur!” ujarnya dengan suara sinis. Atau, “Kapan handuk bisa jalan sendiri ke jemuran?”
Apakah suaminya berubah? Big No! Bahkan makin sebel sama si isteri. Akhirnya si isteri merasa capek, marah sudah, nyindir sudah, tapi tak ada hasilnya. Mengubah orang lain susah, apalagi untuk hal yang sudah jadi kebiasaan sejak kecil. akhirnya ia mengubah pikirannya sendiri. “Baiklah, handuk basah ini akan menjadi permadani di surga nanti. Makin banyak aku memindahkan handuk basah ke jemuran, makin banyak permadani indahku di surga.”Setiap melihat handuk basah di kasur si isteri tersenyum dan bergegas menjemurnya. Perasaannya bahagia. Apakah handuknya berubah? Tidak! Handuk basah tetap ada di kasur. Yang berubah cara pandang dirinya terhadap handuk basah tersebut. Waktu berlalu… Si isteri kaget. Tak ada lagi handuk basah di kasurnya. Ia sudah lupa sejak kapan ia tak lagi melakukannya.
Saudara, kisah di atas hendak menunjukkan bahwa seringkali kita ingin orang lain berubah, entah itu terkait kebiasaan atau cara pandangnya. Entah dalam berkata-kata atau bertindak. Kita sering mengatakan harusnya dia begini dan begitu. Harusnya dia tidak seperti ini dan itu.
Tapi pernahkah kita mengatakan turutilah teladanku?
Rasul Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Filipi mengatakan "saudara-saudara, ikutlah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup bersama seperti kami yg menjadi teladanmu."Paulus mulai dari dirinya sendiri untuk sungguh-sungguh mewujudkan kwalitas hidup yang lebih baik, mewujud nyatakan apa yg diajarkan. Paulus berupaya menyatukan kata dan perbuatan sebelum ia meminta jemaat filipi utk melakukannya.
Karena itu, saudara-saudara marilah kita mulai dari diri saudara, memberi teladan bagi sesama
Tuhan memberkati