GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me

Pemimpin yang Melayani

Terpublikasi Wed, 28 Aug 2019   

oleh:

Yesaya 2 : 12-17; Titus 1 : 1-9

Selamat hari Selasa.

Kitab Mazmur dalam memandang orang fasik, seakan memperlihatkan kepada kita alur: pemazmur melihat orang fasik mengalami kemajuan dan kemakmuran, pemazmur heran dan bertanya kepada Tuhan, Tuhan menjawab bahwa orang fasik -cepat atau lambat- mendapatkan hasil dari buahnya. Apa yang ditulis dalam kitab Yesaya menunjukkan bagaimana waktu itu; Yesaya 2:12 (TB)  Sebab TUHAN semesta alam menetapkan suatu hari untuk menghukum semua yang congkak dan angkuh serta menghukum semua yang meninggikan diri, supaya direndahkan; Dan menyatakan: Yesaya 2:17 (TB)  Manusia yang sombong akan ditundukkan dan orang yang angkuh akan direndahkan; hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu. Ya. Tidak ada gunanya meninggikan diri di hadapan Tuhan karena Dialah yang menciptakan kita. Tuhan tahu siapa kita dan bagaimana kita. Tuhan mengerti kedalaman hidup kita. Dalam suratnya kepada Titus, Paulus membuka dengan suatu pernyataan bahwa Dia adalah hamba. Paulus bisa saja mengatakan ini dan itu untuk memerintah Titus dan orang-orang yang menjadi kawannya karena Paulus begitu dihormati namun Paulus tidak melakukannya. Sebaliknya, dia meminta kepada Titus untuk mengerjakan apa yang benar dalam kehidupan jemaat di Kreta, memilih pemimpin yang rendah hati. Titus 1:5-9 (TB)  Aku telah meninggalkan engkau di Kreta dengan maksud ini, supaya engkau mengatur apa yang masih perlu diatur dan supaya engkau menetapkan penatua-penatua di setiap kota, seperti yang telah kupesankan kepadamu, yakni orang-orang yang tak bercacat, yang mempunyai hanya satu isteri, yang anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib. Sebab sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah, melainkan suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri dan berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat, supaya ia sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya. Syarat ini memang demikian ketat, dan yang terutama: pemimpin yang merendahkan diri. 

Adakah kita bersedia merendahkan diri dalam hidup ini? Ketika kita (diberi wewenang) menjadi pemimpin, apakah kita memerintah dengan sewenang-wenang, atau melayani dengan kasih?
Milikilah kerendahan hati.

Doa:
Belajar untuk merendahkan hati.