Hak. 16: 23-31; Mat. 9: 2-8
Sebuah film "Silence" menceritakan bagaimana beriman yang berbeda cara satu dengan yang lain. Di masa sulit untuk beriman karena tekanan dan ancaman untuk dibunuh kalau beriman, masing-masing punya cara. Percaya atau beriman dalam hidup kita juga bermacam caranya. Hanya Tuhan dan diri pribadi kita yang tahu kadar beriman kita kepada-Nya. Di ujung hidupnya, Simson yang sudah mengalami hukuman dijadikan bahan tertawaan oleh raja-raja Filistin dalam sebuah pesta. Dan di situlah Simson memohon kepada Tuhan untuk bertindak yang terakhir kalinya; Hakim-hakim 16:28-30 (TB) Berserulah Simson kepada TUHAN, katanya: "Ya Tuhan ALLAH, ingatlah kiranya kepadaku dan buatlah aku kuat, sekali ini saja, ya Allah, supaya dengan satu pembalasan juga kubalaskan kedua mataku itu kepada orang Filistin." Kemudian Simson merangkul kedua tiang yang paling tengah, penyangga rumah itu, lalu bertopang kepada tiang yang satu dengan tangan kanannya dan kepada tiang yang lain dengan tangan kirinya.
Berkatalah Simson: "Biarlah kiranya aku mati bersama-sama orang Filistin ini." Lalu membungkuklah ia sekuat-kuatnya, maka rubuhlah rumah itu menimpa raja-raja kota itu dan seluruh orang banyak yang ada di dalamnya. Yang mati dibunuhnya pada waktu matinya itu lebih banyak dari pada yang dibunuhnya pada waktu hidupnya. Bagaimana menjadi percaya kepada Tuhan? Orang yang lumpuh dan terbaring di tempat tidur mengawali dengan diampuni dosanya oleh Tuhan Yesus, dan ia disembuhkan.
Apakah semua orang sama dengan orang lumpuh itu? Tentu tidak. Yang penting adalah bertanyalah kepada diri kita sendiri: seberapa aku/ saya percaya kepada Tuhan?