Kej. 17:15-22; Gal. 4:8-20
Pernahlah kita menyangkal Tuhan? Mungkin kita mengatakan "Tidak", karena mungkin kartu identitas kita memang masih "Kristen". Tapi, pernahkah kita mengingkarinya untuk menyelamatkan diri kita? Atau meragukan kuasa-Nya dalam hidup kita? Abraham pernah meragukan kuasa Tuhan. Ia tak percaya kalau Sara yang sudah berusia 99 tahun akan melahirkan anak, ia tertawa; Kejadian 17:15-17 (TB) Selanjutnya Allah berfirman kepada Abraham: "Tentang isterimu Sarai, janganlah engkau menyebut dia lagi Sarai, tetapi Sara, itulah namanya. Aku akan memberkatinya, dan dari padanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki, bahkan Aku akan memberkatinya, sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja bangsa-bangsa akan lahir dari padanya." Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya: "Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?"Percaya kepada Tuhan itu memang seringkali memerlukan pergumulan. Percaya kepada-Nya membutuhkan keteguhan hati; percaya dengan segenap hati sekalipun kadang ada hal yang kelihatannya tidak mungkin.
Paulus mengingatkan jemaat Galatia tentang hal ini. Mereka yang merupakan salah satu buah Pekabaran Injilnya, justru mengikuti ajaran lain; mereka diombang-ambingkan oleh orang lain. Paulus sedih. Sampai-sampai ia berkata: Galatia 4:19-20 (TB) Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu. Betapa rinduku untuk berada di antara kamu pada saat ini dan dapat berbicara dengan suara yang lain, karena aku telah habis akal menghadapi kamu. Kesetiaan untuk percaya kepada Tuhan yang benar dan murni, itulah yang dikehendaki ada dalam kehidupan jemaat Galatia. Demikian juga dalam hidup kita.
Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hati. Jangan bersandar kepada pengertian kita sendiri. Jangan mempercayakan diri kepada orang lain juga. Percayalah hanya kepada Tuhan.