Ulangan 3: 23-29; Roma 9: 6-18
Cukup adalah hal yang sulit untuk dipahami dan dilakukan. Manusia cenderung merasa kurang, kurang dan kurang. Oleh karena itu kita mesti bisa merasakan dan juga mengetahui: kapan cukup itu bagi kita. Itulah yang dipergumulkan oleh Musa. Ia sudah membawa bangsa Israel dari tanah Mesir, berjalan di padang gurun, menghadapi umat yang tegar tengkuk; namun ketika hampir sampai di tanah perjanjian, Tuhan tidak mengizinkannya. Ulangan 3:27-28 (TB) Naiklah ke puncak gunung Pisga dan layangkanlah pandangmu ke barat, ke utara, ke selatan dan ke timur dan lihatlah baik-baik, sebab sungai Yordan ini tidak akan kau seberangi. Dan berilah perintah kepada Yosua, kuatkan dan teguhkanlah hatinya, sebab dialah yang akan menyeberang di depan bangsa ini dan dialah yang akan memimpin mereka sampai mereka memiliki negeri yang akan kaulihat itu. Tugas Musa adalah mempersiapkan Yosua untuk menggantikan dia memimpin bangsa itu masuk ke tanah Kanaan; menyeberangi sungai Yordan.
Bagi Tuhan, perjalanan Musa mengantar umat Israel memang cukup sampai di lembah, di tentangan Bet-Peor. Tuhan Allah bertindak, tentu punya maksud, dan maksud itu tentu merupakan rancangan karya Allah dalam hidup manusia. Dalam hal ini, Paulus mengatakan; Roma 9:16 (TB) Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. Tuhan Allah menyatakan firman-Nya kepada Musa, dan juga kepada setiap kita tentu dengan maksud baik sekalipun kadang tidak kita pahami dengan segera. Roma 9:14-15, 18 (TB) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! Sebab Ia berfirman kepada Musa: "Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati."Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya.
Mari, kita menjadi orang yang terus percaya dan mempercayakan hidup kita kepada Tuhan.