1 Raj. 22: 13-23; Why. 14: 1-11
Mendengar dan mengatakan suara Tuhan tidaklah selalu mudah. Apalagi jika dalam diri, kita sudah mempunyai keinginan. Lebih sering kita menuruti keinginan hati kita sendiri dibanding mendengar dan mengatakan suara Tuhan. Itulah yang terjadi pada Ahab. Sekalipun Mikha melarang ia berperang dengan Ramot Gilead, namun Ahab bahkan menganggap Mikha selalu mengatakan yang buruk tentang dia (1 Raja-raja 22: 16 dan 18), padahal Mikha mengatakan yang sebenarnya; apa yang merupakan Firman Tuhan yang ia dengar dan mesti ia sampaikan kepada Ahab. Sebagai umat Tuhan, kita patut peka mendengar suara-Nya, dan mewartakan kebenaran-Nya dalam hidup kita.
Dalam penglihatan Yohanes, penulis kitab Wahyu menunjukkan 144.000 orang berdiri bersama Anak Domba di Sion. Siapakah mereka? Wahyu 14:3-5 (TB) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu. Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu. Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela. Namun, sebagian yang lain, yang berlaku salah mendapatkan penghakiman Tuhan.
Jadi, mana pilihan kita? Lagu Sekolah Minggu mengatakan : di dalam dunia ada dua jalan, lebar dan sempit ...
Kalau Tuhan sudah dan selalu memanggil kita untuk bertobat, dan suara-Nya jelas. Mengapa kita mendengar suara-Nya? Dan mewartakannya?