Yes. 52: 13 - 53: 12; Mzm. 22; Ibr. 10: 16-35; Yoh. 19: 16-42
Inilah hari peringatan tentang Kristus; yang diurapi direndahkan serendah-rendahnya. Bukan hanya sengsara tapi juga penghinaan yang paling keji; olok-olok, undian jubah, dan salib adalah kekejian yang diberikan kepada-Nya. Membalaskah Dia? Tidak.Yesaya 53:6-7 (TB) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.Yesus menerima itu sebagai bagian ketaatan-Nya sampai akhir kepada Bapa untuk menyelamatkan dunia.Yesaya 53:9-10 (TB) Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.Oleh karena itu, apa yang mestinya kita lakukan? Penulis kitab Ibrani mengingatkan kita sebagai orang yang sudah diselamatkan karena pengorbanan Kristus;Ibrani 10:22-24 (TB) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.Memperingati Jumat Agung bukan sekedar memperingati Jumat yang berdarah-darah (dan justru mestinya bukan itu). Memperingati Jumat Agung berarti mengingat: kita yang berdosa mestinya tidak layak menerima kasih Allah, dan untuk melayakkan kita, Allah sendiri dalam Yesus Kristus membiarkan dirinya menerima penghinaan sedemikian rupa. Tidakkah kita menjadi orang yang meneladan kepada Dia?