GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me

SETIA KARENA BERSYUKUR

Terpublikasi Mon, 31 Jul 2017   

oleh:

Ul. 8: 1-10; Rm. 1: 8-15

Orang seringkali jengkel dan marah ketika adanya aturan atau rambu. Apalagi kalau "sudah biasa" melakukan pelanggaran. Padahal, aturan atau rambu dibuat, tentulah untuk menjamin kebaikan, kelancaran, dan keamanan bagi semua orang. Aturan atau hukum Israel, diberikan Tuhan juga dengan maksud. Apa itu? Ulangan 8:3, 5-6 (TB)  Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN. Maka haruslah engkau insaf, bahwa TUHAN, Allahmu, mengajari engkau seperti seseorang mengajari anaknya. Oleh sebab itu haruslah engkau berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan dengan takut akan Dia. 

Tuhan Allah mau mendidik umat-Nya untuk belajar taat di padang gurun, dan aturan itu diberikan, supaya terjamin kehidupan mereka di tanah perjanjian; Ulangan 8:1 (TB)  "Segenap perintah, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, haruslah kamu lakukan dengan setia, supaya kamu hidup dan bertambah banyak dan kamu memasuki serta menduduki negeri yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu. Umat yang taat dan setia kepada Tuhan, itulah yang mestinya menjadi bagian kehidupan kita. Setia bukan karena akan mendapat "sesuatu" tetapi karena bersyukur atas kasih Tuhan kepada kita, dan ketaatan karena yang kita percaya adalah benar, sambil menanti penggenapan kasih-Nya.

Paulus sangat bersukacita dengan hidup orang-orang Kristen di Roma karena : Roma 1:8 (TB)  Pertama-tama aku mengucap syukur kepada Allahku oleh Yesus Kristus atas kamu sekalian, sebab telah tersiar kabar tentang imanmu di seluruh dunia. Tentu iman yang tersebar ke seluruh dunia ini bukan untuk pamer namun karena apa yang mereka lakukan adalah buah dari syukur yang dirasakan oleh orang-orang lain, dan itu diceritakan oleh mereka yang merasakan buah dari syukur orang Roma.

Mari kita bertanya: apa kesaksian orang lain tentang diri kita? Apakah buah seperti yang dilakukan oleh orang Roma?