Zakh. 1: 7-17; Rm. 2: 1-11
Hidup dalam ketidakpastian menjadikan manusia gamang dalam melangkah; tak tahu apa yang harus dilakukan; ibarat maju kena, mundur kena. Demikian juga Yerusalem dan kerajaan Yehuda. Sudah 70 tahun mereka mengalami murka Allah, sampai-sampai mereka tak tahu harus berkata apa. Namun, Tuhan bukanlah Allah yang kejam dan jahat. Dia adalah Allah yang penuh kasih sayang, dan karena itu ketika Yehuda bertobat, maka Tuhan menyatakan : Zakharia 1:14-17 (TB) Berkatalah kepadaku malaikat yang berbicara dengan aku itu: Serukanlah ini: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Sangat besar usaha-Ku untuk Yerusalem dan Sion, tetapi sangat besar murka-Ku terhadap bangsa-bangsa yang merasa dirinya aman, yang, sementara Aku murka sedikit, telah membantu menimbulkan kejahatan. Sebab itu, beginilah firman TUHAN, Aku kembali lagi kepada Yerusalem dengan kasih sayang. Rumah-Ku akan didirikan pula di sana, demikianlah firman TUHAN semesta alam, dan tali pengukur akan direntangkan lagi di atas Yerusalem.
Serukanlah ini selanjutnya: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Kota-kota-Ku akan berlimpah-limpah pula dengan kebajikan, dan TUHAN akan menghiburkan Sion dan akan memilih Yerusalem pula." Pemulihan diberikan kepada Yerusalem. Bahkan menghibur Sion dan memilih Yerusalem. Seruan untuk mendengar Tuhan dan bertobat itulah juga yang dibawa oleh Paulus kepada jemaat di Roma. Roma 2:4-8 (TB) Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.
Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.
Segala sesuatunya jelas bagi setiap manusia, hanya tinggal: bagaimana pilihan kita? Mana yang kita pilih: bertobat atau tetap tinggal dalam murka dan geram? Itu juga pilihan dalam hidup kita, bukan?
Jadi, maukah kita bertobat?