GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me

TUHAN MENCARI YANG HILANG. KAMU?

Terpublikasi Mon, 23 Jul 2018   

oleh:

2 Sam. 5 : 1-12; Luk. 15 : 1-7

Kuasa dan kekuasaan betapa seringnya menjadikan manusia sombong dan merasa mampu mengalahkan segalanya dengan kuasa yang ada di tangannya. Namun tidaklah demikian Daud. Ia diberikan kuasa atas Israel dan Yehuda. Dia mampu merebut Yerusalem dari orang Yebus. Dia juga diakui oleh raja Tirus dengan membawa sejumlah barang tanda persahabatan. Atas semuanya itu, penulis kitab 2 Samuel menyatakan: 2 Samuel 5:12 (TB)  Lalu tahulah Daud, bahwa TUHAN telah menegakkan dia sebagai raja atas Israel dan telah mengangkat martabat pemerintahannya oleh karena Israel, umat-Nya. Daud sadar bahwa ketika ia menjadi raja, semuanya oleh karena Tuhan yang memberikan kuasa itu kepadanya.

Mengingat semuanya oleh karena Tuhan menjadikan Daud tidak sombong dan menepuk dada bahwa semuanya adalah karena kekuatan-Nya.
Ini berbeda dengan sikap orang Farisi dan ahli Taurat di zaman Tuhan Yesua. Sebagai pemimpin agama mereka merasa hidup dekat dengan Tuhan; merasa paling dan lebih suci dibanding dengan yang lain. Oleh karena itu ketika rabi (guru) Yesus bergaul dengan pemungut cukai (dianggap jahat karena bekerja kepada penjajah untuk menarik pajak kepada orang Israel) dan orang berdosa; maka bersungut-sungutlah mereka. Lukas 15:1-2 (TB)  Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. 

Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." Oleh karena itu Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang domba yang hilang. Siapa domba yang terhilang? Pemungut cukai dan orang berdosa; yang biasanya mereka (orang Farisi dan ahli Taurat) tolak. Tuhan Yesus berkata; bahkan Allah, pemilik kawanan domba itu mencari, dan ia mengakhirinya dengan berkata: Lukas 15:7 (TB)  Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."

Manakah sikap kita? Seperti Allah? Seperti orang Farisi dan ahli Taurat?