Alih-alih mengikuti ibadah Natal dan merayakannya bersama keluarga, tim Pokja Bencana Klasis Jakarta Dua (Kajadu) justru menuju ke arah Pandeglang yaitu daerah terparah yang terkena tsunami Selat Sunda pada Selasa, 25 Desember 2018 lalu. Tim terdiri dari Ketua Komisi Kespel dan Oikmas Kajadu Pnt. Ishak Hutagalung, Hendrik Monareh, dr Evan Luke, dr James Lim, dr Stefanus Jonathan, dr Mery Harita, John Novratilovano, Sultan Tampubolon, dr. Lia, Bella, Prana dan kru CGN TV.
Menurut kordinator lapangan, Hendrik Monareh, tujuan kegiatan adalah memberikan layanan medis dengan bergerak (mobile clinic) ke daerah-daerah korban tsunami meliputi Dungusbalang, Petey, Cibayoni, Sumur dan Panimbang dengan prioritas mencari pasien yang gawat darurat atau yang belum tuntas mendapatkan pertolongan medis untuk dibawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat. Selain itu juga mendistribusikan logistik yang terdiri dari beras, mie instan dan air mineral ke dapur-dapur umum pengungsian.
Dalam pelaksanaannya tim dibagi menjadi 2 kelompok untuk memaksimalkan pelayanan. Mereka mengunjungi tempat-tempat pengungsian di Dungusbalang, Petey, Cibayoni; tempat pengungsian dan Puskesmas Panimbang; serta tempat pengungsian dan Puskesmas Sumur yang kurang tenaga medisnya. Tercatat pasien mengalami ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), myalgia, sakit kepala, demam, luka, diare, hipertensi, sakit kulit, neuropati dan lain-lain. Ada juga seorang nenek paruh baya yang mengalami patah tulang (fecture) di pergelangan tangan sehingga kesulitan untuk beraktivitas serta seorang pria dengan luka terbuka yang cukup lebar sehingga perlu dijahit (hecting) di tempat.
Pelayanan berjalan dengan baik meski salah satu kelompok diharuskan mengikuti evakuasi ke tempat yang lebih tinggi atas anjuran Kapolda setempat dikarenakan info dari BNKG bakal terjadi tsunami susulan. Pelayanan pun kembali dilanjutkan karena ternyata tidak terjadi apa-apa. Pengalaman menarik lain yang ditemui tim Kajadu adalah mereka bertemu dengan tim Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dengan persediaan obat yang memadai tetapi tanpa tim medis, sedangkan stok obat tim Kajadu terbatas tetapi cukup tenaga medis sehingga bisa saling bekerjasama. Ada juga pengalaman kehujanan sehingga obat dibagikan dari dalam mobil serta pecah ban mobil sewaktu pulang ke Jakarta. Semua kendala di lapangan tidak menyurutkan sukacita untuk melayani para pengungsi di Banten. Semoga lewat pelayanan ini, Kasih Kristus dapat dirasakan masyarakat penerima bantuan serta menjadi dupa yang harum dan berkenan bagi Tuhan, amin.