GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me

HIDUP SEBAGAI ORANG YANG DISELAMATKAN

Terpublikasi Mon, 21 Aug 2017   

oleh:

Yeh. 28: 11-19; 1 Kor. 6: 1-11

Tuhan tidak pernah membiarkan manusia hidup dalam kejahatannya. Tuhan mengharapkan manusia hidup dengan kudus. Ratapan kepada raja Tirus oleh karena : Yehezkiel 28:16-17 (TB)  Dengan dagangmu yang besar engkau penuh dengan kekerasan dan engkau berbuat dosa. Maka Kubuangkan engkau dari gunung Allah dan kerub yang berjaga membinasakan engkau dari tengah batu-batu yang bercahaya. Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu. Ke bumi kau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya. Semua itu karena kecurangan Tirus dalam perdagangannya. Ratapan ini menunjukkan bahwa kesalehan manusia bukan hanya ketika mereka ada dalam rumah ibadah namun juga dalam kesalehan sosial; dalam hidup sehari-hari - kekudusan patutlah tetap dilakukan.

Paulus menegur jemaat Korintus yang membawa masalah dalam jemaat kepada orang lain (di luar jemaat) sehingga permasalahan diantara dua orang tidak diselesaikan dengan kasih namun dengan hukum dunia. Bahkan Paulus mengkritik jemaat  bahwa mestinya diantara mereka tidak perlu ada masalah jikalau mereka melakukan hukum kasih. 1 Korintus 6:7-8 (TB)  Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu. Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan? Tetapi kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu sendiri mendatangkan kerugian, dan hal itu kamu buat terhadap saudara-saudaramu. Mengapa hidup persekutuan perlu selalu dijaga oleh setiap orang beriman? Harus berubah dari kehidupan yang lama? 1 Korintus 6:11 (TB)  Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.

Sudahkah kita menyadari bahwa kita sudah ditebus dari cara hidup duniawi? Mengapakah kita masih saja ingin kembali kepada kehidupan duniawi?