Ams. 16: 21-33; Mat. 15: 1-9
Lidah memang tidak bertulang... itulah ungkapan yang menunjukkan bahwa betapa mudahnya lidah kita berkata-kata, bahkan berkata-kata yang sama sekali berbeda. Mulut atau lidah kita bisa menjadi alat kebenaran namun lebih sering menjadi alat untuk menyampaikan apa yang salah bahkan menyakitkan. Karena itu penulis kitab Amsal mengingatkan : Amsal 16:24 (TB) Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang. Kita harus menjadikan mulut kita sebagai alat kebenaran, dan semua itu diawali dengan: Amsal 16:21-23 (TB) Orang yang bijak hati disebut berpengertian, dan berbicara manis lebih dapat meyakinkan. Akal budi adalah sumber kehidupan bagi yang mempunyainya, tetapi siksaan bagi orang bodoh ialah kebodohannya.
Hati orang bijak menjadikan mulutnya berakal budi, dan menjadikan bibirnya lebih dapat meyakinkan. Ya. Dengan hati yang bijaksana dan pikiran yang berhikmat. Demikian juga ketika membaca Firman Tuhan dan menerapkannya dalam hidup, kita tidaklah boleh hanya melihat dan memutuskan apa yang tersurat namun apa yang ada di balik Firman itu sehingga mampu mwlihat apa yang terdalam dari Firman itu. Itulah kritik Tuhan Yesus kepada orang Farisi dan ahli Taurat : Matius 15:7-9 (TB) Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."Jadi, milikilah hati yang bijaksana dan pikiran yang berhikmat sehingga kita mmpu menjadi pelaku-pelaku yang benar dalam hidup kita.