GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me

KESETIAAN

Terpublikasi Mon, 05 Feb 2018   

oleh:

1 Raj. 14: 1-18; 1 Tim. 1: 12-20

Setia. Itu kata yang tidak mudah. Ada banyak anak yang melawan orang tuanya. Ada orang tua yang menelantarkan anaknya. Suami yang tidak mengasihi istrinya. Istri yang tidak menghormati suaminya. Pertemanan yang hancur karena pengkhianatan. Kerjasama yang berujung di pengadilan. Juga dalam hubungan antara Tuhan dan manusia; manusia tidak setia kepada Tuhan. Yerobeam diangkat oleh Allah melalui Abia untuk menjadi pernyataan kesetiaan Israel dari keluarga Daud yang tidak setia. Namun, ternyata hal sama dilakukan oleh Yerobeam. Ketika anaknya sakit, Yerobeam menyuruh istrinya untuk menyamar dan datang kepada Abia yang sudah buta untuk mendengar apa yang akan dikatakan Abia. Dan dengan keras Tuhan berfirman; 1 Raja-raja 14:7-10 (TB)  Pergilah, katakan kepada Yerobeam: Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Aku telah meninggikan engkau dari tengah-tengah bangsa itu, dan mengangkat engkau menjadi raja atas umat-Ku Israel; Aku telah mengoyakkan kerajaan dari keluarga Daud dan memberikannya kepadamu, tetapi engkau tidak seperti hamba-Ku Daud yang tetap mentaati segala perintah-Ku dan mengikuti Aku dengan segenap hatinya dan hanya melakukan apa yang benar di mata-Ku. Sebab engkau telah melakukan perbuatan jahat lebih dari semua orang yang mendahului engkau dan telah membuat bagimu allah lain dan patung-patung tuangan, sehingga engkau menimbulkan sakit hati-Ku, bahkan engkau telah membelakangi Aku. Maka Aku akan mendatangkan malapetaka kepada keluarga Yerobeam. Aku akan melenyapkan dari pada Yerobeam setiap orang laki-laki, baik yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya di Israel. Aku akan menyapu keluarga Yerobeam seperti orang menyapu tahi sampai habis.  

Tuhan mengharapkan kesetiaan Yerobeam, namun ternyata itu tak terjadi. Ketidaksetiaan itu tentu menyebabkan akibat dalam hidup kita. Dalam kasus Yerobeam, anaknya mati, dan dinubuatkan kekuasaannya akan lenyap, diganti orang lain. Kesetiaan itulah yang juga Tuhan harap ada dalam hidup kita sebagai orang percaya. Kepercayaan itu tidak hanya ketika menyatakan pengakuan percaya kita, namun  dalam sepanjang hidup kita. Kita semua tahu siapa Paulus sebelum ia menjadi percaya. Ia adalah penganiaya orang percaya. Tuhan menyapa Saulus, dan Saulus bertobat, dan ia mrnjadi percaya. Dan, tidak hanya itu. Ia menjadi pemberita Injil. Atas semuanya itu, Paulus berkata; 1 Timotius 1:14-17 (TB)  Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus.

Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal. Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.

Kesetiaan kita bukan karena diri kita. Belajar dari Paulus, kesetiaan kita hanya karena kita bersyukur atas kasih karunia-Nya.