Yesaya 53 : 4-12; Mazmur 91 : 9-16; Ibrani 10 : 1-10; Markus 10 : 35-45
Selamat hari Minggu.
Orang dengan mudah tersinggung ketika apa yang ia namakan : harga diri disinggung atau direndahkan. Orang menjadi marah dan tanpa kendali.
Karena itu tidak heran keributan, pertengkaran bahkan sampai peperangan terjadi tidak jauh dari terganggunya harga diri seseorang, sekelompok orang atau suatu bangsa. Namun jika itu yang terus kita utamakan, bagaimana dengan kehidupan kita? Akan seperti apa dunia ini jikalau semua orang mudah tersinggung dan merasa harga dirinya diganggu?
Teladan hamba Tuhan dari kitab Yesaya mengajak kita untuk merenungkan: patutkah kita mudah merasa tersinggung dan marah?
Bahkan sang hamba itu rela untuk menanggung dosa dan kesalahan kita kepada-Nya; Yesaya 53:6 (TB) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
Bukankah ini menjadi teladan buat kita, orang beriman - yang sudah menerima kasih karunia Allah dalam diri Tuhan Yesus Kristus, sang Hamba Tuhan yang telah berkorban bagi kita? Bukankah sikap dan teladan Kristus yang mau merendahkan diri, itulah yang kita lakukan dalam kehidupan kita? Ketika Yakobus dan Yohanes meminta kedudukan yang mulia, murid yang lain menjadi marah. Dan kepada setiap mereka -yang sebenarnya juga menginginkan yang sama namun tidak atau belum terucap - mereka tidak suka dengan permintaan kedua bersaudara ini. Dan Tuhan Yesus berkata: Markus 10:42-44 (TB) Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Tentu yang dimaksud oleh Tuhan Yesus adalah supaya mereka merendahkan diri, bukan menjadikan "menjadi besar" dan "terkemuka" sebagai tujuan hidup mereka. Para murid diajak untuk mau melayani terlebih dahulu. Nanti mereka pasti menerima upahnya. Namun soal kedudukan, jangan dipusingkan. Bapa yang akan mengatur semuanya. Dan kalau kita sudah merendahkan diri, apakah kita masih memerlukan kedudukan? Teladan merendahkan diri untuk menjadi penggenapan hukum Taurat dengan mengorbankan diri-Nya, itulah yang dilakukan oleh Tuhan Yesus; Ibrani 10:1, 10 (TB) Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus. Ia telah melakukan kehendak Bapa untuk menyelamatkan dunia ini oleh kasih-Nya, dan Ia tidak memusingkan kedudukan. Namun, Bapa memberikan tempat yang terhormat.
Tidakkah kita mau menjadi pelaku kehendak Bapa untuk membawa kabar selamat bagi dunia dengan merendahkan diri?