Yeremia 1 : 4-10; Mazmur 71 : 1-6; 1 Korintus 13 : 1-13; Lukas 4 : 21-30
Selamat hari Minggu.
Secara bergurau orang seringkali mengatakan: "Ini aku, utuslah dia." Itu menunjukkan bahwa orang seringkali menghindarkan diri diutus untuk penugasan tertentu. Sama dengan Yeremia ketika ia menerima pengutusannya. Ada saja alasannya; tidak pandai bicara dan masih muda. Dengan alasan itu Yeremia ingin menghindarkan diri dari penugasan oleh Tuhan. Apa kata Tuhan? Apakah Tuhan menyetujuinya? Memang Yeremia masih muda, dan mungkin belum mahir bicara namun sebagaimana yang Tuhan nyatakan ayat 5 maka Tuhan menyatakan: sudah membentuk, mengenal, menguduskan dan mengutus Yeremia sejak dari semula. Karena itu dengan kuasa-Nya, Tuhan menyatakan: Yeremia 1:9-10 (TB) Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: "Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu. Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam." Tak pernah dibiarkan orang yang diutus dengan tangan hampa dan karena itu setiap orang yang diutus pergi melaksanakan tugasnya dengan baik.
Itulah yang terjadi kepada Tuhan Yesus. Ketika ia kembali ke kota Nazaret dan berkotbah di sinagoge, Lukas 4:21-22 (TB) Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?"Namun ketika Yesus mengungkapkan bahwa orang-orang sekotanya berharap supaya Ia melakukan lebih dari apa yang Dia lakukan di kota lain, maka marahlah mereka. Lukas 4:28-30 (TB) Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu.
Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu.
Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.
Yesus mesti mengatakan kebenaran yang kadang pahit bagi pendengarnya oleh karena itulah bagian dari pengutusan-Nya, menyatakan kebenaran.
Bukankah setiap kita menerima pengutusan Tuhan juga dalam hidup kita. Pengutusan untuk menyatakan yang benar dari Tuhan di mana saat ini kita berada; tinggal dan bekerja. Dalam pengutusan itu, Tuhan pasti menolong dan memberikan kekuatan dalam hidup kita. Oleh karena itu sadarilah bahwa sumber kekuatan dan kehidupan kita adalah dalam nama Tuhan sebagaimana pemazmur; Mazmur 71:4-6 (TB) Ya Allahku, luputkanlah aku dari tangan orang fasik, dari cengkeraman orang-orang lalim dan kejam. Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya ALLAH.
Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan, Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku; Engkau yang selalu kupuji-puji. Lalu, bagaimana kita melaksanakan semua tugas pengutusan kita? Sebagaimana nasehat Paulus kepada jemaat di Korintus yang saling berebut "yang paling besar" dalam kehidupan jemaat, Paulus mengingatkan: 1 Korintus 13:8-10 (TB) Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. Tidak ada yang lebih baik ketika kita hidup bersama selain kasih. Kasih itu mempersatukan dan mengeratkan persekutuan. Setiap kita diutus untuk mewartakan Tuhan dalam hidup kita, masing-masing kita diberikan pengetahuan. Dan yang patut diingat: kenakan kasih dalam hidup kita karena kasih-lah wujud kita sebagai persekutuan orang percaya.
Pengutusan kita oleh Tuhan supaya kita mewartakan Tuhan dalam kebersamaan.