GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me

YESUS; IMAN YANG MENDAMAIKAN

Terpublikasi Thu, 25 Oct 2018   

oleh:

Yeremia 26 : 12-24; Ibrani 7 : 11-22

Selamat hari Jumat.

Seseorang mestilah melaksanakan tugas pengutusannya dengan sebaik-baiknya sehingga ia benar melakukan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Seorang tentara mestilah ia seorang penjaga pertahanan negeri ini. Seorang polisi mestilah ia menjaga keamanan dan ketertiban. Seorang anggota dewan (wakil rakyat) mestilah ia menyuarakan suara rakyat, bukan suaranya sendiri. Demikian juga sebagai seorang nabi, Yeremia dengan lantang menyarakan suara Tuhan sekalipun apa yang dikatakannya memanaskan telinga raja, namun Firman Tuhan mestilah disampaikan kepada raja dan kepada bangsa. Yeremia 26:12-14 (TB)  Tetapi Yeremia berkata kepada segala pemuka dan kepada seluruh rakyat itu, katanya: "TUHANlah yang telah mengutus aku supaya bernubuat tentang rumah dan kota ini untuk menyampaikan segala perkataan yang telah kamu dengar itu. Oleh sebab itu, perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, dan dengarkanlah suara TUHAN, Allahmu, sehingga TUHAN menyesal akan malapetaka yang diancamkan-Nya atas kamu. Tetapi aku ini, sesungguhnya, aku ada di tanganmu, perbuatlah kepadaku apa yang baik dan benar di matamu. 

Apa yang manis atau pahit dikatakan oleh seorang nabi mestilah disampaikan sehingga orang mampu untuk diteguhkan atau memperbaiki diri.
Hadirnya Mesias dalam diri Tuhan Yesus menyatakan bagaimana pendamaian antara Allah dan manusia, dan di sanalah Tuhan Yesus sebagai imam. Namun yang membedakan imam yang bukan dari keturunan Lewi namun yang telah ditentukan oleh Allah sendiri; Ibrani 7:14-16 (TB)  Sebab telah diketahui semua orang, bahwa Tuhan kita berasal dari suku Yehuda dan mengenai suku itu Musa tidak pernah mengatakan suatu apa pun tentang imam-imam. Dan hal itu jauh lebih nyata lagi, jikalau ditetapkan seorang imam lain menurut cara Melkisedek, yang menjadi imam bukan berdasarkan peraturan-peraturan manusia, tetapi berdasarkan hidup yang tidak dapat binasa.

Haruskah ini diingkari dalam hidup? Tentu tidak. Karena Tuhan Allahlah yang menetapkannya dan menjadikan Tuhan Yesus sebagai pendamaian antara Allah dan manusia. Dan bukankah Yesus sudah melaksanakan segala tugas dan pengutusan-Nya dengan mengorbankan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi dunia?