oleh: Pdt. Agus Wijaya (GKI Serpong)

Ayb. 31:16-23; Luk. 8:40-56

Ayub membela diri-Nya sampai-sampai dia berkata: "Jikalau..... maka...." Ini semua karena menurut Ayub: Ayub 31:23 (TB)  Karena celaka yang dari pada Allah menakutkan aku, dan aku tidak berdaya terhadap keluhuran-Nya.

Ayub sangat menghargai Allah dalam hidupnya. Dia tidak berani untuk  terhadap segala tindakan Allah kalau-kalau ia menentang Allah. Bahkan dia menaruh pengharapan kepada Allah Menaruh pengharapan kepada Allah itulah yang terjadi kepada Yairus yang anaknya satu-satunya hampir mati. Sekalipun Yairus harus berdesakan untuk membimbing Yesus ke rumahnya, Yairus tetap melangkah dan percaya bahkan ketika orang menertawakan Yesus; Lukas 8:52 (TB)  Semua orang menangis dan meratapi anak itu. Akan tetapi Yesus berkata: "Jangan menangis; ia tidak mati, tetapi tidur." Yairus tetap percaya. Dan perempuan yang sudah 12 tahun pendarahan menjamah jubah Yesus karena percaya, maka disembuhkan.

Lukas 8:47-48 (TB)  Ketika perempuan itu melihat, bahwa perbuatannya itu ketahuan, ia datang dengan gemetar, tersungkur di depan-Nya dan menceriterakan kepada orang banyak apa sebabnya ia menjamah Dia dan bahwa ia seketika itu juga menjadi sembuh. Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!" 

Bagaimana dengan kita?                                                                               
Seberapa percaya kita kepada-Nya?
Apakah kita percaya bersyarat? Jika Engkau ...... maka aku percaya.
Apakah kita percaya setelah melihat, mendengar, merasakan?
Aku percaya  setelah Engkau.....
Percayalah dengan segenap hati dan jangan bersandar kepada pengertianmu sendiri!