Ayub 6:14-30; Ayat Nas : Saudara-saudaraku tidak dapat dipercaya seperti sungai, seperti dasar dari pada sungai yang mengalir lenyap (Ayub 6:15)
Tak ada seorang pun yang tak pernah mengalami perasaan kecewa. Kecewa adalah perasaan yang muncul karena sesuatu yang dialami tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan. Seorang ibu kecewa kepada anaknya yang mendapatkan nilai buruk, karena ia mengharapkan si anak belajar dengan rajin dan mampu menghasilan nilai yang baik. Kecewa adalah perasaan yang wajar. Kecewa adalah perasaan primer, yang dapat memunculkan perasaan sekunder bahkan tersier. Setelah kecewa lalu apa? Beragam tentu perasaan dan tindakan sekunder yang dapat muncul. Bisa saja si ibu, setelah kecewa, kemudian menjadi marah dan menghukum anaknya.
Ayub dikecewakan oleh sahabat-sahabatnya. Ayub mengharapkan sahabat-sahabatnya datang bukan untuk menghina tetapi menguatkannya. Alih-alih menguatkan, Ayub justru mendapatkan penghinaan melalui anggapan mereka bahwa Ayub telah mendapat karma atas perbuatannya (lih. Ayub 4). Inilah yang mengecewakan Ayub. Apa yang Ayub lakukan kemudian? Ia bersedih atas kelakukan sahabatnya. Namun dalam kesedihannya ia tetap percaya terhadap nilai kejujuran dan menjaga diri dari kecurangan. Ia tetap mengarahkan hatinya pada Tuhan dan berusaha tidak membenci sahabatnya, meski mereka tak bisa dipercaya lagi.
Sahabatku, setiap manusia memiliki pola. Ketika kecewa datang, ada yang melanjutkannya dengan kemarahan, kesedihan, atau perasaan dan tindakan lain. Belajar dari Ayub, ia tetap yakin kepada Allah meski kekecewaan melandanya. Berbaliklah, aku pasti benar menunjukkan keyakinan yang menjauhkannya dari perasaan dan perbuatan negatif yang dapat menyusul kekecewaan yang ia alami. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda adalah orang yang mudah terbawa kemarahan dan kesedihan berlarut tatkala kekecewaan muncul? Belajarlah dari Ayub untuk tetap yakin pada kasih Allah yang akan menolong umat-Nya yang hidup dalam kebenaran.