GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me

MENJAGA DIRI

Baru Mon, 18 Jul 2016   

oleh:

Ams. 7: 1-6; Kol. 1: 27-2: 7

Manusia adalah makhluk yang lemah. Itu yang patut disadari oleh setiap orang. Dalam pergulatannya di dunia, seorang pribadi perlu menyadarinya.
Ibarat mobil; sebaik dan secanggih apapun ia perlu untuk masuk bengkel dan diperiksa keadaannya. Kalau perlu ditambahkan apa yang kurang sehingga setelah keluar dari bengkel, mobil itu mempunyai performa yang prima. Kita seringkali menganggap pendeta atau pastor sebagai "manusia super", yang siap kapan saja, di mana saja dan keadaan apa saja. Tapi toh mereka tetap manusia yang juga bisa sakit atau perlu istirahat untuk memulihkan kesehatannya. Ada waktunya mereka di-charge untuk kekuatan baru dan menata kembali arah pelayanannya. Itulah yang diingatkan penulis kitab Ibrani tentang imam besar; dalam tugas-tugasnya maka ia perlu mawas diri dan selalu ingat ia adalah alat di tangan Tuhan yang punya kelemahan (seperti umat yang lain) dan perlu mawas diri(Ibrani 5: 1-2) supaya ia tak mengingkari perjanjiannya dengan Tuhan dalam pelayanannya.
Penulis kitab Amsal menguraikan penyesalan yang diucapkan oleh orang yang tak menghiraukan peringatan, teguran dan didikan sehingga hidup dengan tidak berhikmat sehingga ia merasa rugi. Oleh karena itu nasehat penulis kitab Amsal kepada anak muda supaya hidup mawas diri. Apakah nasehat ini hanya untuk iman dan anak muda? Tentu tidak. Setiap orang beriman patut terus mawas diri; menjaga diri supaya terus menjadi orang yang menjalani hidup dengan benar dan baik. Oleh karena itu tidak ada lain selain: Amsal 5:1-2 (TB)  Hai anakku, perhatikanlah hikmatku, arahkanlah telingamu kepada kepandaian yang kuajarkan, supaya engkau berpegang pada kebijaksanaan dan bibirmu memelihara pengetahuan.