GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me

SUNAT HATI

Terpublikasi Wed, 01 Nov 2017   

oleh:

1 Sam. 2: 27-36; Rm. 2: 17-29

Imam adalah jabatan yang terhormat dan tidak sembarang orang bisa memegang jabatan imam. Dan itu sudah dinyatakan oleh Allah sejak masa lampau kehidupan nenek moyang Israel; 1 Samuel 2:27-28 (TB)  Seorang abdi Allah datang kepada Eli dan berkata kepadanya: "Beginilah firman TUHAN: Bukankah dengan nyata Aku menyatakan diri-Ku kepada nenek moyangmu, ketika mereka masih di Mesir dan takluk kepada keturunan Firaun? Dan Aku telah memilihnya dari segala suku Israel menjadi imam bagi-Ku, supaya ia mempersembahkan korban di atas mezbah-Ku, membakar ukupan dan memakai baju efod di hadapan-Ku; kepada kaummu telah Kuserahkan segala korban api-apian orang Israel.  Kalau itu diungkapkan lagi, melalui abdi-Nya Allah mau mengingatkan kepada Eli dan keturunannya karena kelakuan Hofni dan Pinehas; kedua anak Eli yang melakukan perbuatan curang terhadap korban yang mestinya diperuntukkan bagi Allah. Peringatan itu jelas: 1 Samuel 2:30 (TB)  Sebab itu — demikianlah firman TUHAN, Allah Israel — sesungguhnya Aku telah berjanji: Keluargamu dan kaummu akan hidup di hadapan-Ku selamanya, tetapi sekarang — demikianlah firman TUHAN —: Jauhlah hal itu dari pada-Ku! Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah.

Allah sudah tidak berkenan kepada Eli dan keturunannya. Sebagai seorang imam dan seorang ayah, ia tidak mampu mendidik anak-anaknya, dan keturunannya. Berlaku sebagaimana seharusnya, itulah yang Tuhan mau dalam kehidupan Eli dan keturunannya. Demikian juga itulah peringatan Paulus kepada orang Kristen Yahudi yang merasa bahwa karena dia orang Yahudi yang melaksanakan hukum Taurat dan percaya kepada Yesus, ia lebih daripada orang Kristen lainnya. Paulus mengatakan : Tidak. Ini semua karena mereka justru melanggar hukum Taurat. Roma 2:23-24 (TB)  Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu? 

Seperti ada tertulis: "Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain."  Oleh karena itu Paulus memberikan pengertian baru kepada mereka, dan ini tidak terbatas bagi orang Yahudi: Roma 2:29 (TB)  Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.  

Apakah kita sudah melakukan sunat hati? Hidup yang dijalankan dengan tidak lagi menuruti hawa nafsu dan keinginan kita, dan hanya mengandalkan Allah?