Yeheskiel 8:1-18; Kisah Para Rasul 8:26-40
Ironi adalah sebuah kata yang kita pakai untuk menyatakan suatu kejadian atau situasi yang bertentangan dengan yang diharapkan atau yang seharusnya terjadi. Misalnya ketika kita melihat seorang Polisi yang melanggar rambu-rambu lalu lintas, atau seorang ayah yang membunuh anaknya sendiri karena tidak menuruti perintahnya, atau seseorang yang melempar sampah ke jalan dari dalam mobil mewah dan masih banyak cerita yang memperlihatkan ironi hidup ini. Termasuk jika kita membuka Yeheskiel 8:1-18. Suatu ironi hidup. Umat Israel-umat yang pilihan oleh Tuhan seharusnya hidup dalam kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan. Seharusnya umat Israel menyaksikan siapa Allah yang memimpin, menyertai, menyelamatkan dan membebaskan mereka. Seharusnya umat Israel hidup dalam kehendak Allah karena Allah telah menyelamatkan dan membawa mereka menuju ke tanah perjanjian. Seharusnya umat Israel melihat penyertaaan dan pimpinan Allah tidak berubah, tetapi kenyataan/ fakta berkata lain. Yang terjadi justru sebaliknya. Umat Israel meninggalkan Allahnya. Mereka tidak patuh dan taat kepada Allah. Mereka meninggalkan Allah dan menyembah berhala. Mereka melakukan perbuatan keji di hadapan Allah. Sebagai akibatnya dalam Yeheskiel 8:18 Allah mengambil keputusan: “oleh karena itu Aku akan membalas di dalam Kemurkaan-Ku. Aku tidak akan merasa sayang dan tidak akan kenal belas kasihan. Dan kalau pun mereka berseru-seru kepada-Ku dengan suara yang nyaring, Aku tidak akan mendengarkan mereka.” Dengan tegas Allah menyatakan sikapnya kepada umat Israel yang tidak hidup sesuai dengan panggilannya. Allah Murka. Allah menghukum umat dengan tidak mengindahkan mereka. Mengerikan.
Di sisi yang lain, bacaan kita yang kedua, Kisah Para Rasul 8:26-40 diceritakan seorang Sida-sida Etiopia percaya kepada Yesus dan memberi diri baptis (Kis 8:36-38). Siapa sida-sida Etiopia ini? Ia adalah seorang pejabat tinggi, kepala perbendaharaan Sri Kandake ratu negri Etiopia.biasanya mereka menjadi penjaga tempat gundik-gundik. Para sida-sida ini dilarang mengikuti tata cara yahudi karena kebangsaan dan pengebiriannya (ul23:1), tetapi keinginannya untuk belajar dan menerima Injil begitu kuat. Tidak ada yang dapat menghalanginya.
Saudaraku, melihat dua bacaan kita ini bukan ironi terlihat dengan jelas? Umat Israel sebagai umat pilihan Tuhan hidup dalam ketidaktaatan dan ketidaksetiaan kepada Allah. Sida-sida Etiopia justru memutuskan percaya kepada Tuhan dan hidup dalam ketaatan kepada Allah.
Saudaraku, melalui dua bacaan kita diajak untuk kembali menghayati panggilan kita sebagai umat Allah yaitu Hidup sesuai dengan panggilan kita. Hidup sebagai umat pilihan yang taat dan setia kepada Allah kita karena Ia telah terlebih dahulu mengasihi kita. Amin