GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me

PEMBENARAN KARENA IMAN, BUKAN PERBUATAN

Terpublikasi Tue, 20 Feb 2018   

oleh:

Kej. 16: 1-6; Rom. 4: 1-12

Ragu-ragu memang merupakan hal yang bahaya. Ragu menjadikan kita tak melakukan apa yang kita lakukan dengan segenap hati. Ragu menjadikan kita mengambil tindakan yang berbeda dengan seharusnya. Abram mulai meragukan pernyataan Tuhan tentang keturunan yang "seperti bintang di langit". Abram mengaminkan saja maksud Sarai untuk mengambil Hagar, hamba Sarai. Kejadian 16:2 (TB)  Berkatalah Sarai kepada Abram: "Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak." Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai. Dan dari sinilah segala kekacauan itu berawal. Hagar memandang rendah kepada Sarai ketia mengetahui dirinya hamil, Sarai merasa sakit hati, Abram menegaskan bahwa (sebagaimana biasanya) Hagar sebagai hamba tetap di bawah kekuasaan Sarai, dan Sarai menindas Hagar. Akibat dari keraguan Abram yang menuruti perkataan Sarai, akhirnya semua kekacauan itu terjadi.

Jika kita hanya memperhatikan bagian ini saja kita tentu kita akan mengatakan perbauatan Abram tidaklah patut dilakukan sebagai orang beriman. Namun, tentu bukan itu yang mesti kita lihat. Kita perlu lihat dalam seluruh hidup Abram yang menyatakan bagaimana Abram percaya kepada Tuhan; Roma 4:2-3 (TB)  Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Hidup Abram memang naik turun. Dan bukan Tuhan menimbang percaya dan ragunya Abram. Tuhan melihat bahwa dalam seluruh hidup Abram, ia menyatakan kepercayaan-Nya kepada Tuhan. Abram dibenarkan oleh Tuhan, dan demikian juga orang beriman; Roma 4:10-12 (TB)  Dalam keadaan manakah hal itu diperhitungkan? Sebelum atau sesudah ia disunat? Bukan sesudah disunat, tetapi sebelumnya.

Dan tanda sunat itu diterimanya sebagai meterai kebenaran berdasarkan iman yang ditunjukkannya, sebelum ia bersunat. Demikianlah ia dapat menjadi bapa semua orang percaya yang tak bersunat, supaya kebenaran diperhitungkan kepada mereka, dan juga menjadi bapa orang-orang bersunat, yaitu mereka yang bukan hanya bersunat, tetapi juga mengikuti jejak iman Abraham, bapa leluhur kita, pada masa ia belum disunat.

Jadi, pembenaran itu oleh karena iman, bukan karena perbuatannya.
Berimankan kita kepada-Nya dalam hidup kita?